Berkebun adalah kegemaranku sejak dahulu,
entah mengapa menanam biji pun aku lakukan hanya untuk mendapatkan hasil atas
apa yang telah aku inginkan.
Suatu hari di tempat temanku di daerah pakem,
aku melihat sebuah pohon besar lengkap dengan bunganya yang begitu indah. Di
tempat yang cukup dingin. Andai aku punya rumah dengan halaman yang penuh
dengan pohon, lengkap dengan bunganya yang cantik.
Rumahnya begitu sederhana, tetapi pohon dan bunga itu membuatnya seolah rumah yang begitu...berbeda. mungkin aku berlebihan, tetapi aku benar-benar menginginkan tanaman serupa itu di depan rumahku.
“Bolehkah aku meminta beberapa tanaman itu?
Apakah bisa aku tanam di rumahku yang tak sedingin di daerah rumahmu?", tanyaku.
“Tentu saja boleh, tanaman ini bisa
diperbanyak dengan setek batang”, ujarnya.
Saat kelas 2 SMA itulah aku sangat intensif untuk menanam berbagai tanaman di halaman rumah. Kira-kira 30 cm batang dari tanaman tersebut aku tanam di setiap pinggir halaman rumah.
Sambil berharap “Tuhan, suatu saat rumahku
akan penuh dengan bunga2 yang besar ini dan aku akan sangat bahagia bila ia
lekas tumbuh menjadi pohon”, ucapku dalam hati.
Hari terus berganti, minggu berganti tiada henti, aku selalu sibuk untuk merawatnya, tak ada perkembangan, yang ada hanyalah kerusakan. Daun beguguran, berlubang di makan ulat. Musim terus berganti, membuatnya tumbuh tetapi selalu ditebang oleh warga di sekitar rumah. Mungkin karna mereka merasa terganggu.
Tanaman apaan ini? Nggak jelas! Mungkin begitu kicauan mereka.
Mereka belum tahu saja, seperti apa tanaman
ini kelak besar nanti. Bahkan, aku semakin kesal ketika seorang wanita yang
kemudian mencabuti gulma di halaman rumahku, kemudian mengira tanaman itu adalah
gulma..
Aaaahhhh!!!! Kenapa dicabut??
Semua sudah terlanjur. Induk batang yang aku harap tumbuh lebih cepat dicabut oleh wanita itu.
Semua sudah terlanjur. Induk batang yang aku harap tumbuh lebih cepat dicabut oleh wanita itu.
Wanita itu sudah pergi tanpa merasa bersalah. Hanya
beberapa batang yang tersisa di halaman rumahku. Aku sudah mulai putus asa. Sudahlah, mungkin
pohon itu tak akan pernah tumbuh dan menghasilkan bunga seindah yang kuharapkan.
Tahun terus berganti, aku membeli tanaman mawar berbagai warna. Kesibukan akademisku mengalahkan semuanya. Semua berawal ketika aku mengabdi kepada masyarakat di daerah jawa tengah. KKN selama dua bulan membuat tanaman (peliharaanku) terabaikan. Membuatku tak ada waktu untuk merawatnya.
Musim hujan pun tiba. Perlahan kubuka jendela
kamarku yang langsung mengarah ke luar halaman. Sesosok benda cantik menggantung
di atas sana, berwarna oranye dengan bentuknya yang indah. Tertiup angin
mengikuti usapannya yang lembut, dengan tetesan air hujan yang menetes dari
tepinya. Mataku terpesona olehnya, dua benda cantik yang membuatku hampir
meloncat dan bahkan menari hula-hula di sudut ruangan.
Tanaman yg sudah aku tanam hampir 5 tahun kini
membuahkan hasil. Bunga kecubung raksasa yang mungkin hanya kudapatkan di daerah
atas sana, aku fikir ia tak akan pernah tumbuh disini,hujan terus membasahi
daun lebarnya. Aku rasa ini hadiah terindah di bulan desember ini.
Aku tak
prnah tahu, nama tanaman itu. Yang kutahu tanaman itu memiliki bunga terompet
seperti raksasa, dan jarang kutemui di daerahku.. aku harap ia lekas cepat
besar, biar semua orang tahu, betapa indahnya tanaman yang ada di rumahku.
Hujan ini membawa berkah pada semua makhluknya.
“yaitu seperti benih yang mengeluarkan
tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat, lalu menjadi besar dan tegak lurus
di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya...”(Q.S
Al-Fath:29)
Ia adalah tanaman yang masih terus bertahan
meskipun kutinggalkan 2 bulan tanpa menengoknya, saat ini dia terus berbunga, bahkan satu batang sampai 3 kuntum bungaaa...aaaakkkkk, senangnya melihat dia.
Hanya mawar ini yang tersisa, yang lain...
sudah tiada. Teknik bertanam ternyata sangat diperlukan. Aku kini tahu
bagaimana agar mawar itu bisa bertahan. Tanamlah ia di mana ia seharusnya
berada, sudah sewajarnya ia mencari makanan sendiri, mereka juga bisa menjadi
dewasa. Hingga ia mampu bertahan dengan kondisi stress sekalipun.
Yeaay... tanpa pot dan polibag, akan kupenuhi
halamanku dengan rosa rosa yang kain..mungkin dengan rosa..apa ya?? besok lah hunting rosa-rosa yang lain.
Di sudut ruangan lain, seuntai bunga kecil berwarna putih merekah dengan yang lain. Daun keriting sedikit berwarna kuning membuatku bertanya-tanya. “Tunggu! Tanaman apa ini? Sepertinya aku mengenalnya”
Kuamati lekat-lekat. Senyum bahagia kembali
terlukis di wajahku.
“yeayy... ini adalah tanaman cabai. Tanaman
cabai yang mungkin saat itu tak sengaja sudah aku bongkar karena ketika kutanam
di pot kecil semuanya mati dan layu. Mungkin itu adalah benih cabai yang masih
dorman.
Aku tunggu ia, mungkin suatu hari nanti aku
tak perlu lagi pergi ke tempat mbok Yem di pasar untuk membeli cabai rawit.
Wahai tanaman, tumbuhlah dengan subur, ambilah nutrisi
yang ada ditanah. Aku berdoa untukmu, semoga Tuhan menuntunmu untuk memberiku
rejeki.
Aku sangat menyukai keindahan, jadi.. wahai
rosa, wahai Mandelliva, Capsicum anum dan Aloe vera serta tanaman yang tak dapat
kusebutkan satu persatu. Tunjukkan pada dunia, betapa indahnya kalian di muka
bumi ini..