Rabu, 28 Mei 2014

lagi, lagi, dan lagi.pffftt!!

gorong-gorong vs perekonomian indonesia.
Begitulah yang dapat kusimpulkan dari maraknya berita cawapres 2014 ini. Berbagai dukungan dan celaan muncul ketika kuketikkan kata kunci Jokowi dan Prabowo do duatu situs internet.


Black campaign. Yah, kata itu yang semakin terpampang nyata(halaah), mendekati pemilu presiden 9 Juli nanti. Dan kian hari aku semakin muak dengan kalimat-kalimat yang ada pada tiap situs internet. Gimana nggak? Aku adalah salah satu masyarakat Indonesia, yang sudah berumur 22 tahun dan berhak memilih pemimpin negaranya nanti. Apa salah jika aku ingin mengenal capres/ ta'aruf 2014 ini tanpa adanya pengaruh "cuap-cuap" keluarga maupun teman?


Sangat disayangkan. Aku justru kecewa. Why? Karena hanya kekuranganlah yang begitu ditonjolkan. Sehingga aku kira tak ada cawapres yang layak memimpin negara kita. Sedangkan aku adalah orang yang anti golput.


Lihatlah! Rakyat Indonesia, medsos semakin ambisius dan bersemangat untuk memberitakan keburukan lawan hanya untuk menaikkan pamor dukungannya. Sangat tidak cerdas! Kenapa harus keburukan yang dicari-cari?
Hal ini sangat sangat sukses meningkatkan emosi masyarakat Indonesia. Selamat! Komentar para pembaca saling serang tak karuan dengan KATA-KATA KOTOR yang menurutku itu tak layak mereka ucapkan. Belum lagi wilayah Indonesia yang sedang dilanda musim kemarau semakin membuat gerah hati ini#opo meneh iki.


Apakah dengan saling serang seperti itu menunjukkan mereka yang menang?
Apakah dengan saling mengumpulkan berita negatif lawan sebanyak mungkin memperlihatkan bahwa idola mereka yang terbaik?
Lalu, apakah sadar? Ketika cawapres 2014 yang maju hanya 2 orang, secara tak langsung rakyat Indonesia terbagi menjadi 2 bagian!!! Negara Prabowo dan negaranya Jokowi. Kalo perlu pilih negara golput!!
Inikah yang dimaksud Indonesia bersatu? Yang semakin lama beberapa bagian dari Indonesia memisahkan dirinya dari NKRI dan membuat negara sendiri. Ternyata inilah jawabannya. Jawaban kongkrit..krit..krit..


Untung saja tak terjadi pertumpahan darah. Atau belum? A'udzubillahimin dzalik. Imajinasiku sempat melayang ketika terdapat geng Prabowo dan geng Jokowi. Layaknya anak SMP, SMA, mereka tawur begitu saja.


Saudaraku..kembali kuingatkan pada kalian. Aku juga berdoa untukmu, kita, dan mereka serta negara ini. Kita disini sama-sama menginginkan yang terbaik untuk Indonesia sehingga nantinya kita sebagai rakyat Indonesia bangga dengan negara kita. Dengan peraturan, dengan sistem, dengan seluruh pemerintahan yang mungkin itu adalah di suatu hal yang impossible. Karena terlalu banyak kerusakan di negara ini. But, i think not! Karena tak ada yang tak mungkin di dunia ini.


Setiap manusia pasti mempunya kelebihan dan kekurangan. Tak beda halnya dengan Jokowi dan Prabowo. Begitu pula saat mantan presiden kita, Soekarno, Soeharto, BJ Habiebie, Gus dur, Megawati, SBY. Ketika kita berada di jaman Soeharto kita mengeluh dan sangat senang dengan adanya presiden yang berikutnya. Namun kemudian kita kembali mengeluh, sampai-sampai saat ini (jaman SBY) timbul slogan "Enak jamanku tho?". Why? Lalu siapa yang salah? Apakah ini yang disebut menyesal? Jika memang tak nyaman dengan Soeharto kenapa menginginkan yang lain. Lain, lain, lain dan yang lain?


Sekali lagi. Manusia diciptakan memang untuk sering mengeluh. Hal ini ada juga ada pada Al-Qur'an pada surat Ali-Imran. Mereka tak pernah puas dengan apa yang didapatkannya.
Teman.. Jika memang kalian mendukung idola masing-masing, ya sudah dukunglah! Cobloslah gambar hidung, mata/ mulut sedalam mungkin ketika pemilu tiba. Tak perlu kalian munculkan sikap emosional yang tak sedap dipandang dan didengar itu. Hanya merugikan kalian. Udah memunculkan kesan tak cerdas, tak bermoral, dosa pula!


Pilihlah yang terbaik. Meski media pun susah sekali yang dapat dipercayai. Listen to your heart..
Indonesia.. proud of you

Senin, 26 Mei 2014

Kopi dingin

Aku sungguh tak mengerti jalan fikirannya. Aku serba salah sekarang. Menangani seorang laki-laki berumur 14 tahun yang sedang mencari jati dirinya. Bah! Apa itu mencari jati diri?

"Kudengar hari ini kamu akan pergi dengan temanmu?",tanyaku.
"Ya, seperti itulah.. Nanti dia akan mampir ke rumah"


Tak lama, ia bertanya padaku. "Boleh minta uang 5 dolar saja?"
"Untuk apa?"
"Ya, untuk sekedar bermain"


Aku telah mendengar semua percakapannya dengan temannya itu. Meskipun hanya samar-samar kudengar. Cat, lari, dan ijin.
"Kamu ingin membeli cat? Memang berapa harganya?"
"Iya, harganya sekitar 2 dolar"
"Lalu, kenapa kamu meminta 5 dolar? bukankah teman-temanmu banyak? Bukannya kamu patungan?"


Dengan kikuk ia mengatakan bahwa semua dilakukan untuk bermain.
"Kamu mau mencoret-coret tembok orang?"
"Tetapi ijin kok",sanggahnya.
"Lalu kalau tak diijinkan? Dan tentu saja tak ada orang yang mengijinkan tembok rumahnya untuk dicoret-coret seperti remaja-remaja kalian. Bagaimana jika orang itu tak mengijinkan? Kenapa tak kalian coret-coret saja tembok rumah temanmu? Atau tembok rumahmu?", saat itu aku benar-benar sangat emosi. Bukan karena berapa besar jumlah uang yang diminta, bukan!


"Serius? Benarkah aku boleh mencoret-coret tembok rumahku?"
"Huh!! Tanya saja sama mama yang sedang sibuk bekerja di kota. Jelas kau akan kena marah!"
"Tapi kak, ini adalah seni. kamu tahu tidak?"
Dengan sigap ia mengambil beberapa uang simpanan yang telah disiapkan mama di lemari apabila tiba-tiba dibutuhkan dengan keadaan mendesak.


"Lain kali, akan kutukar uang ini!"
"Hei!!! Apa kamu tahu? mengapa aku enggan meminjamkanmu? Karena aku tak ingin kau seperti remaja udik yang sembarangan mencoret-coret tembok orang! Dikejar polisi aku tak mau tahu!"
Kuamati ia dari balik jendela kamarku. Aku begitu geram melihat tingkahnya. Kudengar temannya bertanya mengapa raut wajahnya tiba-tiba berubah setelah dari dalam. Dan tak lama ia kembali masuk ke kamar.


"Ini, kukembalikan uang mama. Dan aku tak akan mencoret-coret tembok orang!!!Aku pergi"
Ia pergi dengan raut wajah kesal. Aku rasa begitu.
Aku hanya kembali berdiam diri. Aku tak tau apa yang harus kulakukan. Aku begitu menyayanginya. Hanya saja aku tak mengerti bagaimana untuk membuatnya sedikit saja bahagia dengan benar.
Kuteguk kembali kopi yang sudah dingin di depanku..

Rabu, 14 Mei 2014

suatu waktu, pasti!

Indah itu tak slalu di awal. Tapi yg paling penting adalah di akhir. Kenapa? Karna ketika kita ingin mendapatkan kebahagiaan, kita pasti melalui proses. Jatuh, bangun, tangisan, kucuran keringat, sakit hati, pasrah, dan sebagainya. dari semua proses itu, terkadang kita tak menyadari apa arti semua ini. Apa pesan dari semua ini. Ketika kita mulai memahaminya, dan mengerti..Lihatlah..Kebahagiaan yang kamu inginkan dapat kamu rasakan. Bahwa semua itu melebihi dari apa yg kamu inginkan...
sedikit berbagi cerita lewat susunan kata menjadi sebuah kalimat yang kuketik untuk kalian..

Hari ini adalah hari rabu, 14 mei 2014. Pagi hari ketika aku akan berangkat kuliah, aku begitu panik. Barang yang kucari menghilang tanpa bekas. Kamera. Ya, kamera yang selama ini kugunakan untuk memotret isolat jamurku yang kelak akan menjadi bahasan dan rincian dari skripsiku(red:penelitian).

Hasil jepretan yg sedemikian rupa belum kupindahkan ke laptopku. Andai saja kau tau, tak semudah menelan ludah untuk mendapatkan jepretannya, sehingga ia (jamur Fusarium) tumbuh sempurna tanpa kontaminasi hingga memenuhi 1 petridish (tempat pembiakan).
#Penelitianku ini sudah berjalan kurang lebih 6 bulan.

Pagi itu, kuketikkan beberapa sms yg kusebar pada teman2ku yg biasa menghuni laboratorium tempat biasa aku melakukan penelitian. Tetapi jawaban mereka, nihil. Tak melihat kameraku. Bahkan kalaupun ada tertinggal tidak akan hilang. Temanku yg terakhir berada disitu dan membereskan ruangan tak melihatnya hingga malam hari.

Dengan langkah gontai aku terus mengelilingi setiap sudut laboratorium itu. Dalam hati, "apa aku harus memulainya lagi dari awal?"
Kalimat2 yg di ucapkan teman2 saat itu tak membuatku sedikit lebih tenang. Mungkin hanya senyuman dan candaan bersama teman2 yg kulakukan. meskipun, dalam hati aku sudah tak tau harus bagaimana lagi.

Dua hari sebelumnya, beberapa kali aku sempat melirik kotak infaq yang selalu ada di mushola. Tetapi tangan ini tak melakukan apa yang disampaikan hati kecilku ini.

Beberapa hari sebelum kejadian ini pun aku membaca ayat Al-Qur'an dengan artinya. Entah, ini suatu kebetulan atau apa, menjelaskan untuk selalu bersedekah. Bukankah semua yang di dunia ini adalah milik-Nya? Dan alangkah menyesal manusia nanti ketika ajal menjemputnya. Karena mereka telah menimbun harta mereka. Andai saja ia bersedekah saat masih hidup. Harta itu tak akan mereka bawa mati nanti.

Matahari perlahan mulai membenamkan diri. Cahaya jingganya sedikit redup tertutup oleh mendung yang mulai datang. Aku pulang ke rumah dan kembali kuperiksa setiap sudut ruangan kamarku. Hasilnya tetap nihil. Kuingat kembali hari sebelumnya, jelas2 hari selasa aku bawa dan masukkan ke dalam tas.

Bersamaan dengan warna jingga yang terlukis di langit, dan mendung yang kian menghitam. setitik air mata jatuh di pipiku. Tak hanya setitik, ia diikuti oleh tetesan air mata yang terus keluar seusai solat asarku sore ini. Bukan karena kameraku yang hilang, bukan..

Aku sangat menyesal, mengapa tangan yang diciptakan Tuhan dengan sempurna ini tak sesuai dengan keinginan sang hati? menginfaqkan sedikit uang? memberikan sebungkus nasi yang biasa diberikan kepada orang kurang mampu yang biasa duduk di pinggir sungai kampus? memberikan sedikit receh kepada orang kurang mampu?

Perlahan, aku menyadari. Aku mengimani sekali lagi, semua yang ada di dunia ini bukanlah milikku. Aku juga mengikhlaskan dengan dokumentasi hasil skripsiku. Mungkin Tuhan ingin agar aku lebih rajin mengerjakan penelitian di laboratorium.

Hari mulai gelap. Empat sms masuk bertubi-tubi. mungkin indosat sedang trouble di daerahku. Pesan singkat dari seseorang bak malaikat memberitahu padaku, bahwa ia lupa memberitahuku jika kameraku ada di laboratorium sebelah. Entah siapa kemarin yang memakainya dan ditinggal begitu saja...

Sujud syukur kulakukan atas pertolongan yang telah Dia berikan. Ya, semua ini adalah rangkaian kehendak-Nya. Sebelum aku mendekatkan diri, sebelum aku menyadarinya, sebelum aku menangisi atas kesalahanku, Allah menunda untuk memberikan suatu yang begitu indah untuk kumengerti dalam hidup ini.
Alhamdulillah ya Allah...
tak lupa, aku menawarkan kepada orang itu untuk kutraktir makan..hehe ^^v
apakah aneh? ia kemudian menanyakan apakah aku sedang sehat??

terima kasih untuk kamu..