Seharusnya bulan ini sudah musim kemarau. Kalau nggak, berarti guru SD saya meleset dalam menyampaikan materinya..
Ya nggak lah! ilmu itu kan selalu terbarukan :)
Adanya angin siklon dan ketidak teraturannya musim membuat para petani kehilangan beberapa musim tanam, terutama tanaman yang memang membutuhkan intensitas cahaya lebih tinggi dan lebih lama, seperti bawang merah. Bawang merah yang ditanam pada musim hujan justru akan menyebabkan terjadinya banyak penyakit dan hama. Terutama penyakit yang sering menyerang bawang merah yaitu busuk yang disebabkan oleh Peronospora destructor. Udara yang lembab juga akan memacu berbagai hama dan penyakit pada tanaman. Waspada saja para petani, karena dimungkinkan musim ini (kemarau basah) akan berlangsung sampai 2-3bulan ke depan. Lalu bagaimana kalau tahun ini akan lebih banyak hujan? Apakah akan terulang lagi seperti beberapa tahun sebelumnya? tahun berikutnya, kita akan mengalami musim kemarau yang sangat panjang.... kali ini bukan disebabkan karena peristiwa La Nina seperti saat tahun 2010, tetapi hal ini karena gabungan peristiwa La Nina dan Dipole Mode.
Adanya angin siklon dan ketidak teraturannya musim membuat para petani kehilangan beberapa musim tanam, terutama tanaman yang memang membutuhkan intensitas cahaya lebih tinggi dan lebih lama, seperti bawang merah. Bawang merah yang ditanam pada musim hujan justru akan menyebabkan terjadinya banyak penyakit dan hama. Terutama penyakit yang sering menyerang bawang merah yaitu busuk yang disebabkan oleh Peronospora destructor. Udara yang lembab juga akan memacu berbagai hama dan penyakit pada tanaman. Waspada saja para petani, karena dimungkinkan musim ini (kemarau basah) akan berlangsung sampai 2-3bulan ke depan. Lalu bagaimana kalau tahun ini akan lebih banyak hujan? Apakah akan terulang lagi seperti beberapa tahun sebelumnya? tahun berikutnya, kita akan mengalami musim kemarau yang sangat panjang.... kali ini bukan disebabkan karena peristiwa La Nina seperti saat tahun 2010, tetapi hal ini karena gabungan peristiwa La Nina dan Dipole Mode.
SUHU MUKA LAUT, SIKLON DAN KEMARAU BASAH
Senin, 3 Juni 2013. KOMPAS.com- Pola angin menunjukkan keganjilan. Pola itu khas arah angin musim hujan. Padahal, bulan Mei merupakan pancaroba menuju kemarau. Hujan deras pun mengguyur hampir di seluruh Sumatera dan Jawa, termasuk Jakarta dengan dampak genangan dan kemacetan yang menguras emosi.
Senin, 3 Juni 2013. KOMPAS.com- Pola angin menunjukkan keganjilan. Pola itu khas arah angin musim hujan. Padahal, bulan Mei merupakan pancaroba menuju kemarau. Hujan deras pun mengguyur hampir di seluruh Sumatera dan Jawa, termasuk Jakarta dengan dampak genangan dan kemacetan yang menguras emosi.
Hujan deras itu terjadi pada tengah malam disertai
petir menyambar-nyambar. Itu sifat cuaca pada musim hujan,” kata Kepala Bidang
Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) Hariadi, Jumat (31/5/2013), di Jakarta.
Hujan deras tengah malam disertai petir menggelegar
di antaranya terjadi Rabu (29/5/2013) hingga Kamis (30/5/2013) dini hari.
Hariadi menunjukkan, pola angin yang ganjil itu berasal dari Samudra Hindia
bergerak ke timur laut menusuk Jawa dan Sumatera, lalu berbelok ke timur.
Pola angin itu mirip pola angin baratan atau
monsunal Asia dari barat ke timur. Ini biasanya berlangsung selama musim hujan.
Musim kemarau, angin monsunal Australia berembus jadi angin timuran.
Dampak fenomena itu diprediksi mengganggu cuaca.
Musim kemarau tahun ini akan lebih banyak hujan dibandingkan dengan pola musim
kemarau normal. Ini kerap disebut kemarau basah. ”Pola angin yang menimbulkan
gangguan cuaca pada musim kemarau ini diprediksi berlangsung dua sampai tiga
bulan ke depan,” kata Hariadi.
Anomali bisa merugikan. Udara kering saat kemarau
yang disertai hujan akan menimbulkan kelembaban tinggi. Bagi pertanian, kondisi
itu berarti mengundang berbagai hama.
Seperti terjadi tahun 2010, hujan dengan intensitas
tinggi di sela-sela hari yang panas saat kemarau mengganggu proses pembungaan
pada jenis tanaman buah. Akhirnya, musim buah terlewatkan: tidak ada musim
rambutan, manggis, mangga, dan lain-lain.
Hilangnya pembungan berdampak pada ekosistem. Lebah
atau serangga lain akan kesulitan mendapatkan nektar bunga untuk kelangsungan
hidup. Para peternak lebah pun mau tak mau menjadi koki membuat gula buatan
bagi lebah piaraannya.
Ancaman lain, kerentanan tanah longsor semakin
tinggi. Morfologi tanah lempung akan cepat memuai ketika kondisi panas, lalu
terguyur hujan. Itu menimbulkan ketidakstabilan tanah dan memicu longsor.
Hujan dan siklon
Kepala Subbidang Siklon Tropis BMKG Fachri Radjab
mengatakan, suhu muka laut Samudra Hindia saat ini di atas pola normal. Kondisi
itu banyak memasok massa uap air yang lalu menjadi awan hujan, di antaranya
mengguyur wilayah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.
”Banyaknya massa uap air menjadi prasyarat tumbuhnya
siklon tropis. Siklon menimbulkan hujan deras, tetapi tidak semua hujan deras
karena siklon,” kata Fachri.
Hujan berintensitas tinggi jadi fenomena saat ini.
Dengan daya dukung lingkungan yang kian merosot, bencana banjir dan tanah
longsor hanya soal waktu.
Menurut Fachri, siklon identik menimbulkan hujan
lebat. Namun, fenomena saat ini hujan deras tak selalu bisa dikaitkan dengan
kejadian siklon.
Tingginya suhu muka laut, misalnya Samudra Hindia,
seperti sekarang banyak menimbulkan pusat tekanan rendah yang tak berhasil
meningkat menjadi bibit siklon atau menjadi siklon. Namun, hujan lebat tetap
berlangsung dengan intensitas tinggi di Jawa bagian barat dan Sumatera bagian
selatan.
Kejadian siklon di Samudra Hindia selatan Indonesia
pada 2012-2013 tercatat 10 kejadian. Dari 10 kejadian siklon di selatan
Indonesia itu, ada dua kali (Iggy dan Heidi) pada Januari 2012. Pada Januari
2013, jumlah siklon melonjak jadi empat kali (Narelle, Victoria, Oswald, dan
Peta). Selain itu, dua siklon (Koji dan Lua) terjadi pada Maret 2012, satu kali
(Mitchel) pada Desember 2012, dan satu kali (Rusty) pada Februari 2013.
Kejadian siklon di utara Indonesia (Samudra Pasifik
barat laut) pada periode tahun yang sama antara 2012-2013, ternyata jauh lebih
tinggi. Jumlah kejadian ada 23 kali siklon. Siklon terakhir tercatat Februari
2013, yaitu siklon Shan-Shan. Jumlah kejadian terbanyak pada Oktober 2012
sebanyak lima kali siklon, disusul Juni dan Agustus masing-masing empat siklon.
Kondisi Juni
Kondisi banyak hujan secara hampir merata di
Indonesia bagian barat dan timur bisa terjadi selama Juni 2013. Ini dengan
asumsi intensitas siklon di utara Indonesia pada Juni 2013 tetap tinggi, tak
beda jauh dengan tahun sebelumnya, sebanyak empat kali.
Pengajar pada Departemen Meteorologi Institut
Teknologi Bandung (ITB), Zadrach Leudofij Dupe, mengatakan, gangguan cuaca saat
ini merupakan hasil kombinasi kejadian La Nina lemah di Samudra Pasifik barat,
Dipole Mode (kondisi yang ditandai beda suhu muka air laut) di Samudra Hindia,
dan suhu muka laut hangat di wilayah perairan Indonesia.
”Gangguan cuaca yang terjadi sekarang akibat pengaruh
lokal, regional, dan global,” katanya.
Pengaruh lokal ditunjukkan dengan adanya
konveksi/penguapan yang kuat saat pancaroba. Kemudian mudah terbentuk awan
kumulonimbus yang menjulang secara tiba-tiba dan menimbulkan banyak petir.
Pengaruh regional ditunjukkan oleh fenomena La Nina
lemah di Samudra Pasifik barat dan Dipole Mode di Samudra Hindia. Pengaruh
global ditengarai adanya kejadian ekstrem panas dan dingin pada setiap musim.
Misalnya, di belahan bumi selatan pada musim panas tercapai rekor suhu
terpanas. Begitu pula pada musim dingin di belahan bumi utara, tercapai rekor
suhu terdingin.
”Penjalaran atau osilasi udara (Madden-Julian
Oscillation/ MJO) dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik juga berpengaruh
kuat,” kata Zadrach.
Menurut Zadrach, saat ini terjadi keganjilan
fenomena cuaca yang diperkirakan menyebabkan kemarau basah sepanjang tahun
2013. Kondisinya mirip tahun 2010.
Bila kemarau basah pada 2010 disebabkan La Nina,
pada 2013 disebabkan gabungan La Nina di Samudra Pasifik dan Dipole Mode di
Samudra Hindia. Kedua fenomena itu saling memperkuat sehingga banyak hujan saat
kemarau.
Merunut riwayat cuaca sejak tahun 1900, kondisi ini
bukan istimewa. Yang dibutuhkan sekarang adalah kesadaran bersama menjaga
lingkungan supaya masyarakat bisa hidup berdamai dengan ketidakpastian iklim
dan cuaca.
Sumber : Kompas Cetak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar