Yesterday,
i dont know what he did. Today i know what he fill. Then, tomorrow i will help
them, to get what he need
4
tahun yang lalu...kira-kira aku masih duduk di bangku SMA kelas 2. Lagi
masa-masa perjuangannya, karena tak lama lagi saat itu ujian cambridge segera
tiba...
Kerja
keras, belajar buat seleksi masuk UGM dan dapet sertifikat dari cambridge
university udah di depan mata, kepala rasanya udah melepuh berisi materi-materi
mathematic, and biology berliteratur bahasa inggris..lengkap dengan kitab2 yg
temen2 bilang “kowe nggowo opoe?nggo nggebuk maling yo?”(kamu bawa apa sih?buat
pukulin pencuri ya?).
Setiap
selasa dan kamis tepat pukul 19.00 les mata pelajaran aku jalani di sebuah
rumah daerah lempuyangan, di sebuah rumah dosen UGM teknik kimia yang sekarang
sudah almarhum. Beliau begitu “WOW”, sesulit apapun pertanyaan saya, sesulit
apapun soal-soalnya, selalu dijawabnya dengan bahagia..
1
kelas yang berisikan 4 anak laki-laki dan 3 perempuan termasuk diriku.
4
laki-laki yang saat itu bersekolah di SMA yang bisa dibilang “eheemm", siswa2 cerdas, menengah ke atas, dan keren2..SMA JB.
Siapa
sih yang nggak kenal sama SMA nya cowok2 keren itu? yang hampir semua bawaannya
mobil!
Then,
cewek manis, tapi tomboy, cerdas, sejajar lah sama anak2 SMA JB tadi..yeapp!SMA
Stella duce..
One
more..cewek cantik, lemah lembut, cerdas, dia sahabat gue waktu SMP. Sengaja
aku ajak les bareng. Dia sekolah di SMA yang “WOW”, tapi dalam tanda kutip, SMA
negri. Sma yang masuk dalam passing grade tertinggi pula..SMA 3B.. Orang bilang
sih Padmanaba..
End..the
last..cewek asli jogja, hobinya berkebun, suka sama bunga, punya cita-cita
tinggi. Mau tau cita-citanya itu apa? Itu rahasia dia... sekolah di SMA N 1
Yogyakarta.. orang jogja sering menyebutnya SMA Teladan... yaa karna memang
sampai sekarang banyak prestasi diraih dan proses pengajarannya pun sangat
patut diacungi jempol. Hingga meluluskan siswa2 yang berkompeten. Akhirnya dia
pun memilih sebuah fakultas yang sesungguhnya dan memang sepantasnya sangat
berpengaruh terhadap kemajuan bangsa. Fakultas Pertanian UGM...
...........
Memang
sering kudengar orang-orang berkata,
“ngapain
masuk pertanian? Lha wong jagung wae isih impor”(kenapa masuk pertanian? Padahal
jagung saja masih impor).
Atau
“mbak,
kok masuk pertanian? Besok gedhe mau jadi apa? Mau jadi petani ya?”,tanya
seorang anak kecil.
“heh,
lha iki wes gedhe og. Arep pie meneh? Hahahaa..”, jawab temannya.
Atau
“fakultas
pertanian banyak yang meluluskan sarjana2 berkompeten, kenapa pertanian di
Indonesia masih seperti ini juga?”
Atau
“lhoh
mbak monik masuk pertanian UGM? Kenapa nggak masuk STAN, kedokteran, atau UI
kayak si *piiiippppp*?”
Atau,
atau, atau, dan atau...
Pertanyaan-pertanyaan
semacam itu sudah sering aku dengar. Dan selalu menjadi tanda tanya besar
ketika pertanian di Indonesia sering mengalami puso atau harga produksi yang
sangat fluktuatif di pasaran.
Sebenarnya,
apa sih masalah utama pertanian di Indonesia ini?
Penumpukan hasil lahan yang
menumpuk di gudang?
Kolotnya para petani yang nggak mau nurut ramalan2 ilmiah
dari mahasiswa?
Rendahnya harga jual produksi petani?
Nakalnya para tengkulak
yang menjual hasil dari petani ke penjual?
Sulitnya menghadapi resurjensi
(ledakan) hama?
Terjadinya pemanasan global yang menyebabkan timbulnya
penyakit2 baru?
Kebijakan pemerintah yang masih saja mengimpor barang dari
luar?
Minimnya penelitian para pemulia menghasilkan varietas baru?
Kepercayaan
para pemerintah terhadap benih-benih impor yang justru memliki strain berbeda
dengan Indonesia?
Sistem pertanian di Indonesia yang buruk?
Rendahnya pengamat
lingkungan yang benar-benar terjun di lapangan?
Dan sejuta permasalahan yang
mungkin tak akan pernah cukup aku ungkapkan di lapak ini.... begitu kompleks,
dan blablabla..
Teman...
Cobalah
tengok sejenak, mungkin kalian sudah malas untuk berfikir tentang permasalahan
pertanian di negara ini karna terasa sulit sekali untuk keluar dari lingkaran
hitam yang terus mengurung negara ini. Hal ini bukan berarti terus kalian
enggan untuk menjadi salah satu orang “i don’t care about agriculture in
Indonesia”. Lalu lebih enak kuliah di kedokteran karna jelas, duitnya banyak,
keren getooh... atau akuntansi kerja di kantoran, dengan AC , sofa empuk dan
gaji yang besar tanpa berpanas-panas ria di sawah bersama ulat bulu atau
belalang...meskipun nggak bisa dipungkiri, aku berkata demikian bukan berarti karna aku tak mampu atau lolos seleksi untuk masuk di fakultas2 tersebut. hanya saja, dari sudut pandang lain, mereka (petani2) ingin dihormati..dimuliakan..itu saja,
Memang,
kalian juga sangat berperan di negara ini. Namun, sadarlah... ketika kalian
berada di posisi pejabat tinggi, pemerintahan, tanpa fikir panjang kalian lebih
memilih para investor benih dari luar negri, barang pertanian dari luar negri,
mengijinkan berbagai produk hortikultura masuk tanpa pemeriksaan di karantina
yg membawa hama baru di negara kita, atau produk pestisida XXX masuk begitu
saja. Hal ini tak pernah lepas dari biaya “plus” untuk kalian. Tapi..bagaimana
dengan mereka yang mengeluarkan tiap peluhnya di lahan berlumpur itu? Kalian
pathok harga semakin rendah. Kalian buka lebar pintu masuk untuk wortel impor
dari negara tetangga, berkulit mulus nan cantik tanpa cacat itu di setiap
swalayan. Dan tak dipungkiri, siapapun orang yang melihatnya, pasti akan
mengambil yang cantik daripada yang sedikit cacat (wortel lokal).
Suatu
ketika dosen filsafat saya berkata “ini kalian dari fakultas pertanian ya?
Kalau saya lihat, manusia di Indonesia ini bukannya menjadi masyarakat madani.
Tetapi justru mengalami kemunduran”.
“kok
bisa pak?”
“di
daerah saya itu, Dieng. orang luar negri itu ya, dari Thailand, Vietnam dahulu
itu berguru sama petani namanya Pak Rahman orang Dieng. Dia itu gurunya
petani-petani, dia sekolah cuma sampai kelas 4 SD. Nah sekarang malah Indonesia
impor kentang dari Thailand, Vietnam. Padahal , silahkan sekarang kalian ke
rumah saya, adakan penelitian, lihat saja kentang masih sangat
bagus-baguuusss..boleh lah kalian menginap di rumah saya, 20 orang cukup.
Tetapi hubungi saya dulu biar disiapkan tempatnya, kalau makan cari sendiri
ya”, kata beliau.
See?
Nggak
Cuma itu teman...
Kemarin,
saya sempet miris dengernya dari beberapa petani di sebuah desa, Gunungkidul
sana. Tepatnya saat itu kita selesai, dan baru saja memberikan pelatihan hama
dan penyakit tumbuhan tentang manfaat kulit singkong, yang dimanfaatkan menjadi
pupuk hayati. Jamur mikoriza yang berasosiasi dengan akar tanaman, dapat
menyerap unsur hara untuk digunakan tanaman tumbuh dan menjadikan tanaman lebih
tahan terhadap hama dan patogen tumbuhan. tepatnya di daerah kering seperti
itu, akan sangat cocok karena akar tanaman panjangnya akan menjadi 10 meter
dari titik tumbuh.
“mbak,
kita ini seneng dapet ilmu seperti ini dari mas-mas dan mbak-mbak. Karena
sekarang kan pemerintah sendiri berkoar-koar tentang pertanian organik, padahal
kita nggak ada penyuluh yang pernah ngasih ilmu kayak gini. Penyelesaian
serangan hama kita selesaikan sendiri, saling berbagi antar petani. PPL mah gak
pernah ada, pestisida cuma coba2”.
Nobody
knews about their problems.. nobody care.
But,
every night they have been met each other. To share their problem, and solve together..
with love and pray, God intends for you ease, and does not want to make things
difficult for you,,believe it!
(Karlina,2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar