Sabtu, 22 Desember 2012

kata orang....tanah kita,


Yesterday, i dont know what he did. Today i know what he fill. Then, tomorrow i will help them, to get what he need


4 tahun yang lalu...kira-kira aku masih duduk di bangku SMA kelas 2. Lagi masa-masa perjuangannya, karena tak lama lagi saat itu ujian cambridge segera tiba...
Kerja keras, belajar buat seleksi masuk UGM dan dapet sertifikat dari cambridge university udah di depan mata, kepala rasanya udah melepuh berisi materi-materi mathematic, and biology berliteratur bahasa inggris..lengkap dengan kitab2 yg temen2 bilang “kowe nggowo opoe?nggo nggebuk maling yo?”(kamu bawa apa sih?buat pukulin pencuri ya?).

Setiap selasa dan kamis tepat pukul 19.00 les mata pelajaran aku jalani di sebuah rumah daerah lempuyangan, di sebuah rumah dosen UGM teknik kimia yang sekarang sudah almarhum. Beliau begitu “WOW”, sesulit apapun pertanyaan saya, sesulit apapun soal-soalnya, selalu dijawabnya dengan bahagia..
1 kelas yang berisikan 4 anak laki-laki dan 3 perempuan termasuk diriku.

4 laki-laki yang saat itu bersekolah di SMA yang bisa dibilang “eheemm", siswa2 cerdas, menengah ke atas, dan keren2..SMA JB.
Siapa sih yang nggak kenal sama SMA nya cowok2 keren itu? yang hampir semua bawaannya mobil!
Then, cewek manis, tapi tomboy, cerdas, sejajar lah sama anak2 SMA JB tadi..yeapp!SMA Stella duce..
One more..cewek cantik, lemah lembut, cerdas, dia sahabat gue waktu SMP. Sengaja aku ajak les bareng. Dia sekolah di SMA yang “WOW”, tapi dalam tanda kutip, SMA negri. Sma yang masuk dalam passing grade tertinggi pula..SMA 3B.. Orang bilang sih Padmanaba..
End..the last..cewek asli jogja, hobinya berkebun, suka sama bunga, punya cita-cita tinggi. Mau tau cita-citanya itu apa? Itu rahasia dia... sekolah di SMA N 1 Yogyakarta.. orang jogja sering menyebutnya SMA Teladan... yaa karna memang sampai sekarang banyak prestasi diraih dan proses pengajarannya pun sangat patut diacungi jempol. Hingga meluluskan siswa2 yang berkompeten. Akhirnya dia pun memilih sebuah fakultas yang sesungguhnya dan memang sepantasnya sangat berpengaruh terhadap kemajuan bangsa. Fakultas Pertanian UGM...
...........
Memang sering kudengar orang-orang berkata,
“ngapain masuk pertanian? Lha wong jagung wae isih impor”(kenapa masuk pertanian? Padahal jagung saja masih impor).
Atau

“mbak, kok masuk pertanian? Besok gedhe mau jadi apa? Mau jadi petani ya?”,tanya seorang anak kecil.

“heh, lha iki wes gedhe og. Arep pie meneh? Hahahaa..”, jawab temannya.

Atau

“fakultas pertanian banyak yang meluluskan sarjana2 berkompeten, kenapa pertanian di Indonesia masih seperti ini juga?”

Atau

“lhoh mbak monik masuk pertanian UGM? Kenapa nggak masuk STAN, kedokteran, atau UI kayak si *piiiippppp*?”

Atau, atau, atau, dan atau...

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sudah sering aku dengar. Dan selalu menjadi tanda tanya besar ketika pertanian di Indonesia sering mengalami puso atau harga produksi yang sangat fluktuatif di pasaran.
Sebenarnya, apa sih masalah utama pertanian di Indonesia ini? 
Penumpukan hasil lahan yang menumpuk di gudang? 
Kolotnya para petani yang nggak mau nurut ramalan2 ilmiah dari mahasiswa? 
Rendahnya harga jual produksi petani? 
Nakalnya para tengkulak yang menjual hasil dari petani ke penjual? 
Sulitnya menghadapi resurjensi (ledakan) hama? 
Terjadinya pemanasan global yang menyebabkan timbulnya penyakit2 baru? 
Kebijakan pemerintah yang masih saja mengimpor barang dari luar? 
Minimnya penelitian para pemulia menghasilkan varietas baru? 
Kepercayaan para pemerintah terhadap benih-benih impor yang justru memliki strain berbeda dengan Indonesia? 
Sistem pertanian di Indonesia yang buruk? 
Rendahnya pengamat lingkungan yang benar-benar terjun di lapangan? 
Dan sejuta permasalahan yang mungkin tak akan pernah cukup aku ungkapkan di lapak ini.... begitu kompleks, dan blablabla..

Teman...
Cobalah tengok sejenak, mungkin kalian sudah malas untuk berfikir tentang permasalahan pertanian di negara ini karna terasa sulit sekali untuk keluar dari lingkaran hitam yang terus mengurung negara ini. Hal ini bukan berarti terus kalian enggan untuk menjadi salah satu orang “i don’t care about agriculture in Indonesia”. Lalu lebih enak kuliah di kedokteran karna jelas, duitnya banyak, keren getooh... atau akuntansi kerja di kantoran, dengan AC , sofa empuk dan gaji yang besar tanpa berpanas-panas ria di sawah bersama ulat bulu atau belalang...meskipun nggak bisa dipungkiri, aku berkata demikian bukan berarti karna aku tak mampu atau lolos seleksi untuk masuk di fakultas2 tersebut. hanya saja, dari sudut pandang lain, mereka (petani2) ingin dihormati..dimuliakan..itu saja,

Memang, kalian juga sangat berperan di negara ini. Namun, sadarlah... ketika kalian berada di posisi pejabat tinggi, pemerintahan, tanpa fikir panjang kalian lebih memilih para investor benih dari luar negri, barang pertanian dari luar negri, mengijinkan berbagai produk hortikultura masuk tanpa pemeriksaan di karantina yg membawa hama baru di negara kita, atau produk pestisida XXX masuk begitu saja. Hal ini tak pernah lepas dari biaya “plus” untuk kalian. Tapi..bagaimana dengan mereka yang mengeluarkan tiap peluhnya di lahan berlumpur itu? Kalian pathok harga semakin rendah. Kalian buka lebar pintu masuk untuk wortel impor dari negara tetangga, berkulit mulus nan cantik tanpa cacat itu di setiap swalayan. Dan tak dipungkiri, siapapun orang yang melihatnya, pasti akan mengambil yang cantik daripada yang sedikit cacat (wortel lokal).

Suatu ketika dosen filsafat saya berkata “ini kalian dari fakultas pertanian ya? Kalau saya lihat, manusia di Indonesia ini bukannya menjadi masyarakat madani. Tetapi justru mengalami kemunduran”.

“kok bisa pak?”

“di daerah saya itu, Dieng. orang luar negri itu ya, dari Thailand, Vietnam dahulu itu berguru sama petani namanya Pak Rahman orang Dieng. Dia itu gurunya petani-petani, dia sekolah cuma sampai kelas 4 SD. Nah sekarang malah Indonesia impor kentang dari Thailand, Vietnam. Padahal , silahkan sekarang kalian ke rumah saya, adakan penelitian, lihat saja kentang masih sangat bagus-baguuusss..boleh lah kalian menginap di rumah saya, 20 orang cukup. Tetapi hubungi saya dulu biar disiapkan tempatnya, kalau makan cari sendiri ya”, kata beliau.

See?
Nggak Cuma itu teman...

Kemarin, saya sempet miris dengernya dari beberapa petani di sebuah desa, Gunungkidul sana. Tepatnya saat itu kita selesai, dan baru saja memberikan pelatihan hama dan penyakit tumbuhan tentang manfaat kulit singkong, yang dimanfaatkan menjadi pupuk hayati. Jamur mikoriza yang berasosiasi dengan akar tanaman, dapat menyerap unsur hara untuk digunakan tanaman tumbuh dan menjadikan tanaman lebih tahan terhadap hama dan patogen tumbuhan. tepatnya di daerah kering seperti itu, akan sangat cocok karena akar tanaman panjangnya akan menjadi 10 meter dari titik tumbuh.

“mbak, kita ini seneng dapet ilmu seperti ini dari mas-mas dan mbak-mbak. Karena sekarang kan pemerintah sendiri berkoar-koar tentang pertanian organik, padahal kita nggak ada penyuluh yang pernah ngasih ilmu kayak gini. Penyelesaian serangan hama kita selesaikan sendiri, saling berbagi antar petani. PPL mah gak pernah ada, pestisida cuma coba2”.

Nobody knews about their problems.. nobody care.
But, every night they have been met each other. To share their problem, and solve together.. with love and pray, God intends for you ease, and does not want to make things difficult for you,,believe it!
(Karlina,2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar