Melihat berita tentang kekerasan, pembunuhan seringkali
ditayangkan di televisi. Namun hal tersebut tetep aja disensor. Khususnya untuk hal yang tak pantas untuk ditonton. Suatu hal
yang disengaja untuk berbuat kejahatan atau tidak disengaja. Asalkan yang berbau mengerikan dan tragis harus disensor.
Tetapi kalau melihat gambar animasi
dan komik tentang pembunuhan nggak disensor. (red:Ya iyalah, bukan manusia beneran). But, what’s about the sense? Do you feel it? So hurt,
huh?!
Lalu bagaimana ketika kita melihat hal tragis tanpa sengaja? Melihat langsung di depan mata kita. Jengkal setiap jengkal, inchi setiap inchi teramati secara lekat oleh kornea mata yang kemudian ditransfer ke bagian cerebelum, otak kita dan teridentifikasi, bahwa hal itu tak pantas untuk ditonton. Apalagi bagi yang masih di bawah umur.
Sore hari, sekitar pukul 15.00 WIB suatu hal yang "so hehh" terjadi.
Di sekitar jalan raya dekat
pasar Kranggan (tugu berdiri), Jalan Diponegoro Yogyakarta. Jalanan begitu padat merayap oleh mobil, motor, bus
dan lainnya. Apalagi jam pulang kerja menambah padat dengan pikiran akan segera
sampai di rumah dan melepas lelah.
Dan sebuah sepeda motor terjatuh di tengah jalan yang terlihat begitu sesak. Padat. Bukan kendaraan besi beroda dua yang "eye
cacthing" terlihat. Tetapi seorang lelaki berumur sekitar 45 tahun, bertubuh kurus,
dengan rambut tipis hampir habis, memakai kemeja putih dan celana hitam
terkapar di tengah jalan.
Tertindihkan oleh kendaraan besinya. Sungguh miris. Rombongan
motor dari arah berlawanan, dan sebuah pick up melindas dengan nyamannya tangan dan kepala lelaki itu
berkali-kali. Selayaknya sebuah boneka yang menjadi polisi tidur di tengah
jalan dengan tangan yang memantul mantul setelah ditelindas kendaraan bermuatan
ratusan kilo.
Apakah itu manusia? Sempat bangkit dengan panik.
Namun
terjatuh. Bangkit lagi.
Limbung dan jatuh.
Bangkit hingga ia memegang beberapa
bagian dari kepalanya.
Entah sadar atau tidak, darah segar sudah membasahi
kemeja putihnya, seluruh wajahnya. Darah yang mengucur tanpa henti dari kedua matanya. Dari
kepalanya..
Beramai-ramai orang, sekitar 5 orang mendatanginya dengan
tergopoh-gopoh. Berusaha menghentikan sekian ribu banyak kendaraan yang akan
melintas di sekitar lokasi. Kendaraan itu tak tahu apa yang sedang terjadi.
Hanya perasaan dan tujuannya yang ingin segera pulang dan sampai rumah. Hanya
itu.
Kemudian lelaki itu bangkit lagi. Berjalan tergopoh-gopoh
namun gesit seakan menandakan, “I’m fine. Thank you. It doesn’t matter for me.
I’m sure. I’m okay”
Aku tak bisa menangis. Tak ada air mata yang keluar dari
mataku. Tetapi sesak jantung rasa ini. Seakan hatiku menangis tetapi air mata
tak terurai. Menandakan, "im not sure you’re okay sir!!!"
Kamu sedang mengalami
musibah yang masih belum kamu sadari. Musibah yang kamu rasa masih mampu menghadapinya. Tetapi entah setelah detik waktu berlalu. Apakah dia sadar apa yang baru saja terjadi?
Mungkin bisa saja aku tak melihat dan
mengalihkan pandanganku dari proses hal tragis tersebut terjadi.
Tetapi seolah mata ini tak ingin terpejam.
Lelaki itu duduk di pinggir trotoar di depan sebuah bank.
Dengan kondisi darah masih terus memancur dari kepala dan matanya. Entah apakah
matanya sudah keluar, atau…. Ahhhhh!!!!
Orang-orang yang membantu masih panik. Mereka lari kesana
kemari. Seseorang mengambilkan sebuah handuk kecil untuk lelaki itu. Are you
crazy? You’re should be brought him to the hospital!
Hatiku bergumul, bergelut dengan orang-orang yang justru tak
ada yang menemani lelaki itu. Mereka masih lari kesana kemari.
Take a breath, so deep deep and deep..
Busku melaju lagi seiring "traffic light" berubah menjadi
hijau. Dzikir dan istigfar kulantunkan. Doa keselamatan, doa memohon
perlindungan kupanjatkan.
Apa yang telah terjadi, itulah takdir Allah. Takdir lelaki
berkemeja putih itu bahwa hari ini, pukul 15.00 dia akan mendapatkan musibah. Entah sebagai cobaan,
peringatan atau tanda kasih sayang kepadanya.
Di sisi lain aku berpikir, manusia bukanlah orang yang kuat. Manusia hanya makhluk yang kecil. Dialah yang Maha besar. Semua manusia bisa mati kapan saja, bisa terluka kapan saja, bisa gila kapan saja, bisa sakit kapan saja atas perintah-Nya.
At least, please pray for us, health, safety everywhere and whenever we stay and take a breath.
Bersyukurlah ketika kita masih diberi kesehatan, umur yang panjang dan tentunya.. kebahagiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar