Perempuan memang diberi
kemampuan dan keterampilan linguistik dan verbal yang lebih baik daripada
laki-laki. Tidak heran, bila perempuan lebih senang berbicara. Namun kepandaian
berbicara perempuan ini menjadi masalah bagi laki-laki.
“heh!! Kalian ini
berisik sekai sih!!”,ujar Jojo.
“Yeee...biarin kenapa?
Sirik banget!”, ujar Rini.
Begitulah tanggapan
seorang laki-laki bila mendengar keributan seorang perempuan bila sudah bertemu
teman-temannya. Yeaay, karena suaranya yang begitu keras membahana sampai
seluruh dunia mungkin.
Atau seringkali kita
melihat ibu-ibu di kompleks perumahan bila sudah keluar rumah dan membeli
sayuran di depan bisa sampai berjam-jam hanya untuk mengobrol. Hal itu pula
mengapa bila ibu-ibu arisan diadakan, sedangkan tak ada yang namanya arisan
untuk bapak-bapak. Yah, untuk keperluan dan kesenangan para wanita untuk
menyalurkan keinginan mereka. Mungkin beda halnya dengan laki-laki yang
berkumpul bersama teman-temannya dengan jadwal ronda yang juga diisi dengan
mengobrol. Namun intensitas waktu wanita berbicara lebih tinggi daripada laki-laki.
Karena itu, laki-laki
sering mengatakan wanita itu cerewet dan mereka kurang sabar untuk
mendengarkan. Laki-laki yang bijak hendaknya memahami dan menerima sifat
kelebihan khas perempuan ini. Apalagi setelah ia menjadi suami istri, sebab
memperlakukan istri dengan baik adalah kewajiban seorang suami (QS.[4]:19). Dan
ini mencakup bergaul dengan baik, bermuka ramah, dan mau mendengarkan
ceritanya.
Bukhari meriwayatkan
suatu episode rumah tangga nabi ketika Aisyah beceritan tentang 11 orang wanita
yang menceritakan detail sifat-sifat suami mereka masing-masing. Dalam hadis ini
seorang wanita bercerita tentang suaminya “Suamiku punya segala macam
penyakit”, ada pula yang menceritakan “Suamiku kalau masuk rumah seperti macan
dan keluar rumah seperti singa”. Ada juga yang memujinya. Namun Nabi Saw.
Selalu mendengarkan cerita Aisyah sampai ia menceritakan wanita ke 11.
Lihatlah kelembutan
sikap Nabi Saw. Sebagai suami yang sabar mendengarkan istrinya. Sebagian suami
mungkin menyuruh istrinya diam dan mengatakan “Diamlah! Diamlah !”, seolah-olah
istrinya tidak ada artinya. Kehidupan dalam berkeluarga tidak akan tentram
apabila seperti ini, karena dalam berkeluarga haruslah ada sikap saling
menghormati dan menghargai.
sebagian sumber diambil dari ensiklopedi Muhammad SAW sebagai suami dan ayah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar