Senin, 10 Maret 2014

nenek kenapa tertawa?

aku tinggal di kota pelajar yang tak jauh beberapa meter dari kota. hanya beberapa meter saja dari jalan raya yang merupakan jalan utama ramai lalu lalang kendaraan keluar masuk kota ini. Aku mempunyai seorang tetangga yang sudah bertahun-tahun ini selalu tak merespon senyuman termanisku (halah, padahal juga nggak ngemil gula pasir).

Wanita dewasa yang beranjak semakin tua, berkerudung hanya menatapku dengan matanya yang menyelidik (mungkin dipikir aku ingin mencuri hatinya: aigoo~). Hingga suatu hari semuanya berubah, bisa dikatakan ia mulai merespon sapaanku (kemajuan pesat nih!). Bahkan tepatnya hari ini, ketika pagi hari aku berangkat ke kampus naik bus kota. seperti biasa, aku menyapanya..dan..dia menghampiriku sambil membawa sapu lidinya..Oh Tuhan..jangan berpikir macam2 yaahh..
(N for nenek, M for me)
N : mbak, sampeyan ini kuliah dimana?
M : kuliah di UGM bu, (sambil senyum manis)
N : ambil berapa tingkat?
M : (sejenak aku berfikir, berapa tingkat? berapa strata kalik ya?), ambil S-1 bu
N : Lah ini udah sampe berapa?
M : (lagi-lagi mikir, mungkin maksudnya berapa semester kalik ya?), semester 8 bu# sambil nyengir.
N : hah?? 8 tahun??! kalo insinyur itu 7 tahun ya?
M : (WHAT??!! 8 tahun gue udah di DO dong bu!!), oh..maksud saya 4 tahun bu, ehmm iya, insinyur itu 7 tahun udah sama S-1
N : Trus, ini kurang berapa lama lagi biar wisuda?
M : (GLEEKKK!!! Mati!!) sebentar lagi. yaa 1 tahun bu
#sambil nelen ludah yang mungkin volumenya 1 ember, buu... ini nohok banget. Jangan bikin aku jadi galau lagi, aku udah berusaha pengen lulus agustus 2014 ini...
N : ohh, lhah sampeyan niki ambil kuliah apa?
M : pertanian bu, hehe..
N : HAHH? TANI THOO???EHEHEHEHEHEHEHE...WUAHAHHAHAHA
(#aduh aku lebay nggak sih nulis ketawanya?berasa tertawanya itu emang nggak berhenti2, dan ini dijadikan sebuah hal yang teramat lucu baginya)
tapi jujur, aku merasa sedang ditertawakan. Tapi inti permasalahannya adalah, mengapa ibu yang menjelang jadi nenek itu tertawa? tertawa karena apa? tertawa bahagia? tertawa mengejek?
sambil ngelus2 dada, sabar mon, positive thinking doong..mungkin bisa jadi ibunya itu senang, karena akhirnya ada tetangganya yang ternyata kelak jadi sarjana pertanian. Lalu, bahan makanan yang nanti dimasak akan berproduksi melimpah di Indonesia. Lalu, tidak ada lagi yang namanya impor ke negri kita Indonesia..dan aku katakan pada diriku,
AKU BANGGA KELAK JADI SARJANA PERTANIAN DI NEGARA INDONESIA..HAHAHAHA!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar