Disana Bintangku
oleh : Monica Lucky Karlina
yang
tak lebih pintar dari seorang Albert Einstein.
But,
I have a big dream, and I believe my dreams come true..
***
“Halo,
Ayah kapan pulang?”
“wah,
tak tentu ayah pulang kapan. Nanti ayah kabari lagi. Yang penting kamu jaga
kesehatan, jangan lupa minum obat”
“tapi
gadis kange.…”
“iya..udah
dulu ya..dahh sayang..”
Tut..tut..tut….
Mama
,beginilah papa selalu sibuk dengan kerjaannya. Gadis,di rumah sama Eyang sama
simbok berasa sepi tak ada Ayah dan mama. Besok Gadis mau berangkat kuliah aja
ya ma. Gadis gak apa2 kok,masih sehat seperti dulu.
“Gadis…cepat
tidur!!udah jam 8malam, minum obatnya”
“tapi,
Eyang, kan masih jam 8. Gadis mau ngerjain tugas buat besok kumpul di kampus.
Tadi pagi juga Gadis udah minum obat kok”
“welehh..ini
anak masih aja ngotot pengen masuk kuliah. Kamu itu udah gak bisa nerima
pelajaran, manggil nama temenmu aja suka tiba-tiba lupa,hari aja lupa kok ya
masih mau kuliah”
“Tapi
eyang..itu kan Cuma kadang-kadang aja”
“ndak,ndak!kurang
kerjaan genduk iki. Obatnya diminum 2x sehari Gadis”
“Gadis
gak mau minum obat banyak-banyak Eyang,,nanti ginjal Gadis kasihan kerja terus”
“Gadis!!nurut
kata Eyang!!”
Aku
tertunduk lesu dan pasrah. Di rumah ini, Eyanglah yang punya kekuasaan
tertinggi. Entah, berapa banyak senyawa kimia yang sudah masuk ke dalam
tubuhku, menyiksa kerja ginjalku yang tinggal satu ini. Tanpa sepengetahuan
Eyang, aku buang obat rutinku itu.
Keesokan
harinya,
Triiinggg,today
is Wednesday 16,March 2011.
Begitulah
yang tertulis di layar ponselku, agar aku tak lupa hari dan jadwalku.
Pagi
hari, pukul 05.30 Eyang masih di kamarnya. Mengendap-endap diriku keluar dan
berangkat ke kampus. Universitas yang cukup terpandang, fakultas Kedokteran.
Mama,
maafin Gadis ya udah membantah perintah Ayah dan Eyang untuk tetap melanjutkan
kuliah Gadis. Meski begitu, gadis masih bisa belajar dan terus belajar agar
Gadis bisa banggain mama. Gadis bisa bantu orang-orang yang kesakitan bahkan
kritis, gak kayak mama dulu yang telat sedikit akibat bantuan dokter disini,
dan gadis juga sakit seperti ini.
“Hai
Gadis!!kamu berangkat kuliah?”
“ohh,iya..mm..kamu
mm..Saan..san..”
“iya,aku
Sani..”
“aduhh,maaf
Sani..maaf..”
“iya
gak apa2 kok Gadis,sekarang ke ruang 211 yuk!!mata kuliah anatomi”
Aku
punya 2 sahabat, namanya Sani dan Romi. Mereka adalah sahabat terbaikku,
meskipun aku tak seperti awal dulu, sebelum peristiwa itu terjadi hingga aku
seperti ini. Mereka selalu menolongku dan menemaniku. Saat ini aku sudah
semester 6, mungkin 2 atau 3 tahun lagi aku lulus. Meski banyak yang harus aku
ulang mata kuliah semester sebelumnya hingga IPK ku anjlok sejak adanya
keganjalan dengan memoriku ini. Ahh..sudahlah…hal itu hanya mengingatkanku pada
mama..
“aduuuhh…sakiittt….”
“Gadis,
kamu udah minum obatnya??atau mau aku antar pulang aja ya?”
“Gak
apa-apa Romi,paling Cuma bentar sakitnya”
Mama,kepalaku
sakit lagi setiap aku berfikir keras. Tapi bentar lagi ujian akhir ma. Gadis
gak mau kecewain mama. Gadis mau buktiin ke Eyang dan Papa kalo gadis bisa
buktiin Gadis bisa. Doain Gadis ya ma..
“GADISSSS!!!!!darimana
saja kamu?kuliah lagi??”
“eng..eng..i..iya..Eyang.
maaf eyang, maafin Gadis, tapi Gadis..”
“Gak
ada tapi-tapian!pokoknya besok kamu di rumah terus,gak boleh keluar rumah. Biar
Mbok Nah yang awasin kamu! Gak perlu apa itu kuliah, buat apa?!cari duit?udah
Ayah kamu yang cari duit!besok juga kamu nikah sama anak Direktur!gak perlu
susah-susah nyari duit”
“Tapi
Gadis mau lanjut kuliah ke luar negri”
“kamu
ini keras kepala ya,kok ya sempetnya ngimpi siang-siang sekolah sampai ke luar
negri segala. Sana masuk kamar!”
***
“Halo,Romi..”
“iya,Gadis..ada
apa??”
“Romi,boleh
minta tolong?”
“tentu,perlu
apa dis?”
“mulai
besok,aku gak boleh keluar rumah Rom,padahal aku mau persiapan buat ujian
akhir. Bisa pinjem catetan sama buku2 perpustakaan?”
“okee,besok
habis kuliah aku sama Sani ke rumahmu sambil bawa buku-buku perpustakaan. Aku
juga bakal sering maen ke rumahmu dis,kangen juga jarang ketemu kamu.hhehe”
“thanks
rom”
Ma,hari
ini Gadis ujian akhir. Segalanya udah Gadis siapin,meski gak berangkat kuliah
Gadis udah belajar mati-matian ma di kamar. Meskipun sampai kesakitan, entah
kenapa kepala Gadis belum sembuh juga. Tapi Gadis tak ambil pusing, toh Gadis
masih bisa tersenyum melihat foto mama. Dan Gadis yakin, Gadis bisa naikin IPK
Gadis yang turun ini. Biar besok bisa dapet beasiswa ke sekolah impian Gadis.
“Gadis,mau
kamana kamu?”
“Eyang,
Gadis mohon 2minggu ini ijinkan Gadis ke kampus ya Eyang..ada ujian
akhir,dan..”
“NGGAKK!!”
“Eyang,tapi
Gadis udah janji sama mama. Dan bukankah dulu juga eyang ingin jadi dokter buat
sembuhin orang-orang yang membutuhkan?tapi berhenti karena Eyang kakung
meninggal gara-gara mal praktek dokter itu?”
“ngawur
kamu ngomong ya!darimana kamu bisa bilang kayak gitu?”
“maaf
Eyang, maaf Gadis lancang. Mama dulu yang pernah cerita ke Gadis. Tapi sungguh,
Gadis ingin punya cita-cita jadi dokter yang ahli”.
“………………………………………………”
Hening
tak sepatah kata terucap dari bibir Eyang. Matanya berkaca-kaca memandang jauh
kesana. Entah mungkin teringat nostalgia bersama Eyang kakung.
“sudah,sana
berangkat!!”,kata Eyang dengan suara lantangnya.
“ma..makasih
Eyang!”. Kucium punggung tangannya dengan lembut.
Mama,Eyang
ngebolehin Gadis buat berangkat kuliah, ujian akhir. Gadis janji akan serius
dan betul-betul jaga kondisi dengan tak akan lagi sakit kepala seperti biasa.
Gadis akan buktiin pada dunia,,
Satu
semester berikutnya, dua semester dan 4 tahun berikutnya….
Gadis
Nur Ramdhani,lulus dengan pujian 3,52
Plok..plok…plok…
Mama,sekarang
Gadis sekolah di luar negri. Harvard University,mungkin 4 atau 5 tahun lagi
Gadis udah jadi dokter handal yang langsung tanggap dengan pasien,tanpa lihat
biaya dari pasien. Semua sama, bukankah nyawa mereka juga ada di tangan kita
ma? Ohya,ma Ayah sekarang udah sering jalan bareng Gadis. Gak sibuk lagi. Anak
direktur yang dibilang Eyang mau nikah sama Gadis, ternyata baru tahu kalo Romi
adalah anak direktur yang dimaksud Eyang. Hhahaa …
Gadis
sayang mama, papa,eyang..
Ohya,
mengenai sakit Gadis, sejak 2 tahun yang lalu Gadis udah jalani terapi sampai
sekarang. Dan sudah jauhhhh lebih baik gak pikun kaya nenek-nenek lagi.
Mama,
pasti bahagia lihat Gadis dari sana. Dan Gadis selalu doain mama,
“You
are never given a wish without also being given the power to make it true. You
may have to work at it,however”. Richard bach
***
Cerita
ini hanya fiktif belaka,maaf jika terdapat kesamaan cerita, nama tokoh,
peristiwa maupun letak. Karena ini tak disengaja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar