Dahulu aku bukanlah seorang yang penakut. Penakut dengan
hal-hal gaib. Karena dulu cara berpikirku masih realistis. Tak percaya dengan
hal-hal semacam itu. Apalagi sejak kecil, setiap hari aku rajin berangkat TPA
hingga aku beranjak memasuki masa remaja. Sepemahamanku saat itu, hal-hal yang
tak dapat dilihat dengan mata tak mungkin bisa menyentuh atau menyaktiku. Lagipula,
kata pak guru dan bu guru, mereka takut dengan orang-orang yang beriman dan
rajin mengaji. So, what?
Seiring berjalannya waktu, aku semakin mendalami agamaku. Agama
Islam. Bahwa dalam Al-Qur’an pun hal gaib memang ada. Yah, aku sudah tahu itu. Lalu,
mungkin aku juga pernah menonton film horor. Penampakan tak layak atau
mengerikan pernah sekali dua kali aku lihat. Sejak saat itu, rasa takutku mulai
muncul. Apalagi pak guru atau bu guru yang berkata bahwa orang yang beriman dan
rajin mengaji tidak akan diganggu oleh mereka. Tetapi semuanya berbalik. Memang
aku tak diganggu. Tetapi kenapa aku merasa terganggu dengan keadaannya?
Perasaan takutku mulai muncul. Bulu kudukku sering berdiri
ketika aku berada di tempat-tempat yang bisa dikatakan horor alias angker. Fikiran
manusia itu terkadang selalu ingin tahu. Sesuatu yang memang tak pantas untuk
dilihat, kenapa ia justru ingin melihat? Meskipun ia tahu, pemandangan itu
sungguh sangat tak nyaman. Perasaan cemas dan khawatir sering menghampiriku, “Apa
ya itu? Aduh, aku takut. Jangan-jangan..”. yeay, terkadang begitu.
Seperti yang aku katakan sebelumnya, seseorang hidup di
dunia ini adalah untuk terus mendalami dan memahami agamanya sebagai pegangan
hidup. Beberapa kali aku pernah membaca, bahwa dalam ayat Al-Qur’an disebutkan
bahwa kisah nabi Adam yang diturunkan dari surga ke bumi adalah dikarenakan
bisikan jin. Ketika semua makhluk diperintahkan Allah SWT untuk tunduk kepada
Adam, semuanya tunduk kecuali jin. Hingga suatu hari jin memohon untuk menggoda
manusia selama ada di bumi. Dalam hal
ini aku mulai memahami, makhluk gaib yang selama ini kita takuti adalah
perbuatan jin. Hantu itu adalah jin. Setan adalah sifatnya. Seringkali kita
terbalik-balik.
Apa visi misi mereka? Tentu saja untuk menggoyahkan
pendirian manusia. Kenapa mesti kita takut pada hantu/ jin? Sedangkan ia hanya
terbuat dari api, yang kelak di hari akhir nanti ia akan ditempatkan di neraka.
Sejak itu, perasaan takutku mulai memudar. Meski terkadang
hal itu sering muncul. Contohnya saja, kemarin, saat aku pulang dari Jember
untuk PKL. Rumah aku tinggal selama 1 bulan. Belum lagi terguyur oleh abu
vulkanik dari gunung kelud yang meletus pada tanggal 10 Februari 2014 , tentu
saja sangat kotor dan berdebu. Konon katanya rumah yang ditinggal lama lebih
dari 3 hari akan ditempati hantu. Horor bukan? Dan saat aku datang, hawa tak
enak sering kurasakan.
Ceklek.. saat itu pintu aku buka, dan salam aku ucapkan
meski tak ada orang di dalam rumah. Tentu saja malaikat maupun penunggu rumah
akan menyahutnya. Entah itu benar atau tidak. Satu hal lagi, suatu kebiasaan
bagiku, mungkin terdengar sedikit gila dan konyol. Setiap aku akan pergi dari
rumah untuk jangka waktu lebih dari 3 hari, sering aku berbicara pada diri
sendiri atau berbisik sebelum menutup pintu untuk pergi. “Aku pergi dulu ya,
aku nitip rumah, tolong dijaga baik-baik, Assalamu’alaikum”. Begitu aku
ucapkan. Karena aku percaya, makhluk apapun yang ada di rumahku, baik ataupun
buruk dia akan menjaganya.
Hawa tak enak, karena tak adanya bau manusia(red:begitu
mereka katakan), kuusir dengan menyetel mp3 surat Al-Baqarah. Pernah aku
membaca, bahwa rumah mereka hampir setiap hari rumahnya berisik, dikarenakan
suara-suara “tak jelas” dan merekapun dianjurkan untuk rumahnya dibacakan surat
Al-Baqarah hampir setiap hari, maka penghuni yang lain akan berubah jadi baik. Aku
kembali lagi pada prinsipku, di dunia ini aku hanya sementara. Tak perlu ada
yang kutakutkan selain penciptaku. Selama aku selalu beribadah dan percaya pada
Allah, insya Allah aku selalu dalam lindungan-Nya.
Di dunia ini manusia diciptakan sementara saja. Andai kau
tahu, suatu hari nanti, bahwa waktu di dunia itu benar-benar singkat. Waktu yang
singkat, mungkin seringkali kita remehkan. Kita tak tahu kapan ajal akan
menjemput. Sedangkan perasaan iri hati dan dengki sering tak kita sadari ada
dalam diri kita. Sikap kita yang seringkali mengeluh dan lupa bersyukur atau
bahkan menuntut ini dan itu sering pula terjadi.
Contohnya saja, beberapa kali aku terlupa dengan keadaanku. Perasaan
iri dan menuntut kepada sang Pencipta terkadang aku ucapkan. Yeay, i got an
illness: something trouble with my head. I said, why i can’t to be like them? Dan
seseorang berkata padaku, apakah bahagia harus seperti mereka? Jika iya, maka
kubilang SALAH BESAR! Kenapa? Karena bahagia yang sesungguhnya adalah Allah
ridho dengan apa yg kamu lakukan, kenapa lagi-lagi harus menghujat qadha Allah?
Perlahan aku menyadari, sesuatu yang diberikan Allah
kepadaku adalah tanda kebesaran-Nya. Yah, semua hanya masalah sudut pandang.
Allah memberikan ini semua kepadaku mungkin agar aku selalu ingat kepada –Nya. Agar
aku jga selalu bersyukur kepada-Nya, sebagai penggugur dosa..
Pernah kukatakan pada seseorang, “Maaf ya, aku jadi
merepotkanmu”.
“Sudahlah! Ini semua kita juga tak pernah meminta, tak ada
seorang pun yang meminta kepada Allah agar diturunkan sebuah penyakit
kepadanya.”
Sejenak aku tertegun, yaa.. memang tak ada yang pernah
meminta ini semua. Bahkan rejeki sekalipun sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Ingat kisah nabi Ayub a.s? beliau juga sakit keras, semua
orang menjauhinya, tidak terkecuali istri tercintanya. Tetapi beliau tetap
sabar dan ikhlas, hingga suatu kali untuk menghibur dirinya, ketika ia mendapati
uret-uret yang menyerang tubuhnya berjatuhan, kemudian ia mengambilnya lagi dan
menaruh kembali pada tubuhnya. Sambil berkata “ Ini jatah makanmu”.
Bukankah ia bisa membuang uret itu? Ya, bisa. Bukankah ia
bisa mengutuk Allah atas musibahnya ini? Ya, bisa. Namun ia tidak takut ketika
semua orang menjauh, yang ia tahu hanyalah penyakit itu datngnya dari Allah dan
Allah pula yang mengangkatnya jika Dia berkenan. Jadi dalam hal ini, seorang
manusia pilihan Allah pun adalah makhluk ciptaan Allah yang harus selalu tunduk
kepada Penciptanya. Karena tak ada daya untuk mengubahnya, hanya usaha dan doa
yang terus kita lakukan. Sekali lagi kita akan kembali mengingat, bahwa di
dunia ini kita hanya sejenak, dan semuanya dari Allah semata. Apapun yang
diberikan Allah kepada kita, harus kita syukuri. Tetaplah tersenyum meskipun kita
harus menangis dalam senyuman.
Tak ada yang lebih indah selain rasa syukur dan ikhlas atas
apa yang Allah berikan kepada kita. Sesulit apapun keadaan kita, akan terasa
lebih mudah dan mera lebih bahagia..
Ingat, syukur adalah KATA KERJA, bukan KATA SIFAT!!!